Tahukah anda,
Surabaya, kota pahlawan.Banyak sekali peninggalan bersejarah yang ada di kota ini.salah satu tempat bersejarah di kota ini adalah tentang rumah kelahiran bapak negara Indonesia. Ya, seorang Soekarno ternyata terlahir di salah satu kampung kecil di surabaya, Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan terbaru ini.

Ya, penelitian ini sangat menggemparkan, tidak hanya bagi masyarakat indonesia saja, masyarakat surabaya pun sangat kaget dengan hasil penelitian ini, bahwa rumah kelahiran Soekarno Proklamator Indonesia berada di sebuah gang sempit dengan lebar tidak lebih dari tiga meter di Kota Pahlawan, Surabaya. Bukan di Blitar sebagaimana yang diketahui masyarakat Indonesia selama ini.

Hasil penelitian ini diungkapkan oleh ketua umum Soekarno Institute, Peter A Rohi.Rumah kelahiran Bung Karno tepatnya di rumah kontrakan Jl Lawang Seketeng, yang sekarang berganti menjadi Jl Pandean IV. Soekarno terlahir dari pasangan Raden Soekemi seorang guru sekolah rakyat (ayahnya) dan Ida Ayu Rai seorang perempuan bangsawan Bali (ibunya).

Rumahnya hanya berukuran 6x14m, terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang tengah dan dua kamar. Di belakang ada dapur yang terdapat juga sebuah tangga kayu untuk naik ke lantai dua. Di lantai atas, hanya digunakan untuk menjemur pakaian.

Siti Djamilah, pemilik rumah ini mengaku telah menempati rumah ini sejak tahun 1990. Ketika itu dia ikut tinggal bersama orang tuanya. Saat ini kakak Djamilah dan suaminya juga menempati rumah ini.

Penelitian ini bahkan telah dikonfirmasi juga oleh mantan Kepala Perpustakaan Kota Blitar yang menyatakan dengan yakin Bahwa Bung Karno tidak dilahirkan di kota Blitar melainkan di Surabaya. Selaras dengan ucapan tersebut, Walikota Surabaya,  Tri Rismaharini juga sangat yakin bahwasannya Soekarno tidak dilahirkan di Blitar, melainkan di Surabaya. 

Berdasarkan penelitian ini, Tri Rismaharini mengajukan surat kepada pemerintah pusat guna meluruskan permasalahan ini, supaya masyarakat indonesia tahu serta mengakui bahwasannya Soekarno terlahir di Surabaya, dan bukan di Blitar seperti yang telah lama diyakini masyarakat selama ini.

Post a Comment

Previous Post Next Post